Kamis, 07 Mei 2015

Safe Steps From Earthquake



                Sekarang-sekarang ini, sering terjadi gempa bumi. Yang paling menghebohkan akhir-akhir ini adalah gempa bumi di Nepal yang menewaskan banyak warga Nepal dan bangunan yang runtuh. Memang gejala alam gempa bumi ini sangat berbahaya sekali, dapat membuat banyak korban, tak hanya manusia, tetapi juga harta dll. Nah, untuk mengurangi banyaknya korban jiwa ataupun kerugian lainnya, ada banyak cara yang dapat kita lakukan, yaitu :

1.    Jika memang tempat kita adalah rawan akan gejala gempa bumi, bisa melakukan tindakan-tindakan ini :
a.       Siapkan barang-barang penting didalam tas. Jadi ketika gempa datang, kita dapat langsung mengambil tas tersebut, yang sudah ada banyak perlengkapan yang kita perlukan.


b.      Tahu jalan yang harus di lewati ketika terjadi gempa. Dengan begitu jika gempa dating, kita langsung menuju ke jalan tersebut.

c.       Amankan barang-barang dirumah kita, khususnya benda-benda yang gampang jatuh. Seperti lemari,dll. Minimal agar saat gempa dan kita berada disekitar lemari, kita aman dari lemari tersebut. Contohnya bisa dilihat dibawah ini.



2.       Bagaimana saat gempa bumi datang?
a.       Jauhi dari area-area yang ada benda-benda berat (lemari dll), jendela, ataupun benda pecah belah yang akan membahayakan kita.


b.      Jika berada di gedung-gedung, cepat-cepat keluar dari pintu exit, jagalah agar pintu tetap terbuka jadi proses evakuasi tidak terhambat, dan jangan menggunakan lift karena sangat beresiko.
 



c.       Cepat-cepat keluar dari rumah (jika berada di dalam rumah), hindarilah juga pohon-pohon besar, karena dapat tumbang. Pergi ke tanah lapang yang tidak ada benda-benda yang beresiko menimpa kita.

d.      Jika tidak dapat keluar dari ruangan, dapat menggunakan cara ini Drop, Cover, Hold.
Jadi, saat gempa terjadi, merangkak saat jalan agar tetap seimbang dan tidak jatuh. Kemudian jika ada meja, berlindunglah dibawah meja, dan peganglah kaki meja tersebut agar anda selamat. Tunggulah sampai gempa selesai dan baru keluar.



            Cara-cara ini sangat bermanfaat untuk kita. Untuk mengetahui cara penyelamatan gejala-gejala alam lainnya bisa dilihat di safesteps.com. Website ini adalah hasil kerja sama National Geography dengan Prudence Foundation. Menurut saya, website ini sangat bagus, karena dijelaskan mulai dari cara mempersiapkan jika musibah itu dating, sampai tindakan apa saja yang dapat kita lakukan sesudah musibah itu terjadi.

Semoga bermanfaat!

Sumber : safesteps.com

Faktor yang Mempengaruhi Nilai Tukar Rupiah



Sejak tahun lalu, Indonesia mengalami naik turunnya nilai kurs. Sampai saat ini, rupiah masih terus melemah, mencapai angka Rp13.000,-. Sampai tulisan ini dibuat (7 Mei 2015), kurs dolar Amerika Serikat mencapai Rp13.130,-. Karena itulah, sekarang saya akan membahas faktor nilai tukar rupiah yang selalu naik turun, dan cenderung melemah. Dari beberapa sumber yang sudah saya dapat di internet, inilah yang dapat disimpulkan :

 1. Perbedaan tingkat inflasi

                 Suatu negara yang tingkat inflasinya konsisten rendah akan lebih kuat nilai tukar mata uangnya dibandingkan negara yang inflasinya lebih tinggi. Daya beli (purchasing power) mata uang tersebut relatif lebih besar dari negara lain. Nilai tukar mata uang negara-negara yang inflasinya lebih tinggi akan mengalami depresiasi dibandingkan negara partner dagangnya. Bagi negara-negara yang tingkat inflasinya tinggi, nilai mata uangnya akan mengalami depresi daripada negara rekanan transaksi perdangangannya.

             2. Perbedaan tingkat suku bunga

Nilai tukar uang, inflasi, dan suku bunga mempunyai korelasi yang kuat. Bank Indonesia misalnya, dapat turun tangan untuk mengatasi inflasi dan mempengaruhi nilai tukar mata uang dengan mengubah tingkat suku bunga. Jika suku bunga Indonesia tinggi maka permintaan mata uang rupiah akan bertambah dan investor baik lokal maupun mancanegaraakan tertarik berinvestasi demi keuntungan yang lebih besar. Tetapi jika inflasi semakin meningkat investor akan keluar untuk menghindari kerugian sampai bank pusat kembali menaikkan suku bunga. Sebaliknya, jika bank Indonesia menurunkan suku bunga, maka nilai tukar uang akan semakin lemah.

            3. Pelarian Modal (Capital Flight)

Modal yang beredar di Indonesia, terutama di pasar finansial, sebagian besar adalah modal asing. Ini membuat nilai Rupiah sedikit banyak tergantung pada kepercayaan investor asing terhadap prospek bisnis di Indonesia. Semakin baik iklim bisnis Indonesia, maka akan semakin banyak investasi asing di Indonesia, dan dengan demikian Rupiah akan semakin menguat. Sebaliknya, semakin negatif pandangan investor terhadap Indonesia, Rupiah akan kian melemah.

            4. Ketidakstabilan Politik-Ekonomi

Dari dalam negeri, faktor yang paling mempengaruhi Rupiah adalah kondisi politik-ekonomi. Contoh saat masa-masa ketidakpastian menjelang pemilu kemarin, investor cenderung was-was dan akan menunggu hingga terpilih pemimpin baru untuk menunjukkan sentimen ekonomi yang lebih meyakinkan. Akibatnya, musim menjelang pemilu umumnya ditandai oleh pelemahan nilai Rupiah.
Para investor tentu akan mencari negara dengan kinerja ekonomi yang bagus dan kondisi politik yang stabil. Negara yang kondisi politiknya tidak stabil akan cenderung beresiko tinggi sebagai tempat berinvestasi. Keadaan politik akan berdampak pada kinerja ekonomi dan kepercayaan investor, yang pada akhirnya akan mempengaruhi nilai tukar mata uang negara tersebut.

            5. Harga ekspor dan harga impor

Jika jumlah ekspor barang ataupun jasa suatu negara meningkat daripada nilai ekspornya, dapat dipastikan nilai tukar mata uang negara tersebut akan menguat. Dengan peningkatan komoditas ekspor baik barang atau jasa berarti permintaan mata uang akan meningkat. Sebaliknya, bila nilai impor lebih tinggi daripada jumlah ekspor, bisa saja negara mengalami defisit sehingga nilai tukar melemah.

            6. Hutang publik

Selain untuk aktivitas perdagangan dengan negara lain, neraca anggaran lokal suatu negara juga digunakan untuk menunjang proyek-proyek dalam negeri untuk kepentingan pemerintahan dan masyarakat. Anggaran yang defisit akan menyebabkan meningkatnya hutang publik atau public debt dan hal ini akan berakibat pada tingginya nilai inflasi. Defisit anggaran dapat diatasi dengan menjual aset pemerintah atau mencetak lebih banyak uang. Jika keadaan terus memburuk, pemerintah bisa saja mengalami gagal bayar atau default sehingga peringkat hutangnya turun. Salah satu faktor yang dapat melemahkan nilai tukar uang suatu negara adalah hutang publik yang tinggi.

Sumber :
http://www.analisaforex.com/26/02/2014/faktor-yang-mempengaruhi-nilai-tukar-mata-uang/5305.html
http://ekonomi.kompasiana.com/moneter/2015/03/14/faktor-faktor-yang-menyebabkan-rupiah-melemah-706703.html
 


Rabu, 06 Mei 2015

Kebijakan Moneter, Kebijakan Fiskal, Kebijakan Sektor riil



              Dalam pemerintah menjalankan tugas, pasti ada kebijakan-kebijakannya. Kebijakan yang selama ini diketahui hanya 2, yaitu kebijakan moneter dan fiskal, teteapi sebenarnya ada 3, yaitu kebijakan moneter, fiskal, dan sektor riil. Berikut perinciannya.

1.      Kebijakan Moneter
Kebijakan moneter adalah upaya mengendalikan atau mengarahkan perekonomian makro ke kondisi yang lebih baik dari sebelumnya dengan mengatur jumlah uang yang beredar. Jadi kebijakan moneter biasa diambil untuk mengatur keseimbangan perekonomian seperti kestabilan harga-harga barang pasar. Untuk mencapai keseimbangan tersebut, Bank Sentral atau Otoritas Moneter berusaha mengatur keseimbangan antara persediaan uang dengan persediaan barang agar inflasi dapat terkendali.

Jenis-jenis kebijakan moneter :

a.      Kebijakan moneter ekspansif (Monetary expansive policy)
Adalah suatu kebijakan dalam rangka menambah jumlah uang yang beredar. Kebijakan ini dilakukan untuk mengatasi pengangguran dan meningkatkan daya beli masyarakat (permintaan masyarakat) pada saat perekonomian mengalami resesi atau depresi. Kebijakan ini disebut juga kebijakan moneter longgar (easy money policy)

b.      Kebijakan Moneter Kontraktif (Monetary contractive policy)
Adalah suatu kebijakan dalam rangka mengurangi jumlah uang yang beredar. Kebijakan ini dilakukan pada saat perekonomian mengalami inflasi. Disebut juga dengan kebijakan uang ketat (tight money policy)

Instrumen kebijakan moneter : 

a.      Operasi Pasar Terbuka (Open Market Operation)
Instrumen ini merupakan cara pemerintah mengendalikan jumlah uang beredar dengan menjual atau membeli surat-surat berharga milik pemerintah (Government Securities).               Pemerintah akan menjual surat-surat berharga jika ingin mengurangi jumlah uang yang beredar (open market selling). Begitupun sebaliknya, pemerintah akan membeli surat berharga jika ingin menambah jumlah uang yang beredar.

b.      Fasilitas Diskonto (Discount Rate)
Fasilitas diskonto adalah tingkat bunga yang ditetapkan pemerintah atas bank-bank umum yang telah meminjam ke bank sentral. Dalam kondisi tertentu, kadang-kadang bank mengalami kekurangan uang sehingga harus meminjam ke bank sentral. Hal itu dimanfaatkan oleh pemerintah, seperti bila pemerintah ingin menambah jumlah uang yang beredar maka pemerintah akan menurunkan tingkat bunga pinjaman sehingga keinganan bank umum akan meminjam lebih besar. Begitupun sebaliknya, jika ingin menahan jumlah uang beredar, tingkat bunga pinjaman akan dinaikkan.

c.       Rasio Cadangan Wajib (Reserve Requirement Ratio)
Rasio cadangan wajib adalah mengatur jumlah uang yang beredar dengan memainkan jumlah dana cadangan perbankan yang harus disimpan pada pemerintah. Jika rasio cadangan wajib diperbesar, maka kemampuan bak memberikan kredit akan lebih kecil disbanding sebelumnya. Untuk menambah jumlah uang, pemerintah menurunkan rasio cadangan wajib. Untuk menurunkan jumlah uang beredar, pemerintah menaikkan rasio.

d.      Imbauan Moral (Moral Persuasion)
Kebijakan ini adalah untuk mengatur jumlah uang beredar dengan jalan memberi imbauan kepada pelaku ekonomi. Dengan ini, pemerintah berharap dapat mengarahkan atau mengendalikan jumlah uang beredar.

2.      Kebijakan Fiskal
Kebijakan fiskal juga kebijakan yang dibuat pemerintah untuk mengelola kondisi  perekonomian di Indonesia lebih baik. Bedanya dengan kebijakan moneter, jika kebijakan moneter mengendalikan jumlah uang beredar, kalau kebijakan fiskal mengatur penerimaan dan pengeluaran (berupa pajak). Jadi focus kebijakan fiskal lebih ke pajak. Dalam pembahasan saya kali ini, akan membahas tentang pajak.

Pajak
Pajak adalah iuran wajib kepada pemerintah yang harus dibayarkan masyarakat, bersifat memaksa dan legal (ada undang-undang yang melindungi). Pajak dipungut untuk menjalankan roda pemerintah. Klasifikasi pajak :

a. Pajak objektif :
    Pajak yang dikenakan berdasarkan aktivitas ekonomi para wajib pajak.

b. Pajak subjektif :
    Pajak yang dipungut dengan melihat kemampuan wajib pajak. Bila kemampuan wajib pajaknya besar, maka beban pajaknya semakin besar.

c.   Pajak langsung :
     Pajak yang beban pajaknya tidak dapat digeser kepada wajib pajak yang lain (no tax incidence). Contohnya Pajak penghasilan (PPh) atau Pajak bumi dan bangunan (PBB).

d. Pajak tidak langsung :
    Kebalikan dari pajak tidak langsung, yaitu beban pajak yang dapat digeser kepada wajib pajak yang lain (tax incidence). Contoh : Pajak penjualan (PPn).

Tarif pajak :

  • Pajak nominal  : Pajak yang pengenaannya berdasar sejumlah nilai nominal tertentu. Notasi untuk pajak nominal adalah T (huruf besar)
  • Pajak presentase  : Beban pajak ditetapkan berdasarkan presentase tertentu dari dasar pengenaan pajak. Notasi untuk pajak nominal adalah t (huruf kecil). Pajak presentase dibagi menjadi 3, yaitu pajak proposional, pajak progresif, dan pajak regresif.

      a. Pajak proposional :
Tarif presentasenya tetap berapapun besar penghasilannya.

b. Pajak progresif :
Tarifnya makin tinggi bila dasar pengenaan pajaknya makin tinggi. Pajak penghasilan dikatakan progresif bila tarifnya makin tinggi pada saat pendapatan meningkat.

c. Pajak regresif :
Kebalikan dari pajak progresif, tarif pajak akan rendah jika saat penghasilan meningkat.

 3. Kebijakan Sektor riil
Kebijakan sektor rill adalah sektor usaha kecil yang ada di masyarakat terutama rakyat kecil. Contoh :  pertanian, pertambangan, dan industri ditambah kegiatan yang terkait dengan pelayanan wisatawan internasional.
Sektor non-riil adalah sektor lainnya seperti: listrik, bangunan, perdagangan, pengangkutan, keuangan, dan jasa-jasa (pemerintahan, sosial, perorangan).


Menghitung Pendapatan Nasional




Menghitung  Pendapatan Nasional
 
Untuk menghitung pendapatan nasional, ada 3 metode yang bisa digunakan, yaitu :
a.      Metode Produksi :

PN = P1Q1 +…+ PnQn

Ket : PN = pendapatan nasional
         P    = harga
         Q   = Jumlah      

b.      Metode Pendapatan :

PN = R+W+I+Ï€
                           Ket :  PN = pendapatan nasional
                                     R    = sewa tanah (rent)
                                     W  = upah atau gaji (wage)
                                     I     = pendapatan bunga
                                 Ï€= laba atau keuntungan

c.       Metode Pengeluaran :
        
                                PN = C + I + G + (X-M)

Ket : PN       = pendapatan Nasional
         C         = konsumsi
         I          = investasi
         G        = pengeluaran pemerintah
         (X-M) = ekspor bersih (ekspor-impor)

  
Perincian perhitungan pendapatan nasional :  

1. GNP = GDP – Produk netto terhadap luar negeri

2.  NNP = GNP - Penyusutan


3. NNI = NNP – pajak tidak langsung

4. PI = (NNI+Transfer Payment) – (laba ditahan + iuran asuransi + iuran jaminan sosial + pajak langsung)

5. DI = PI – pajak langsung



Diatas adalah perincian perhitungan pendapatan nasional, dan perhitungan diatas harus dikerjakan secara urut, dimulai mencari GNP. Perlu diketahui  bahwa GNP = PDB. GNP adalah singkatan dari Bahasa Inggrisnya PDB. Biasanya di soal sudah ada beberapa yang diketahui, jadi kita hanya akan memasukkannya kedalam rumus saja.