Suku
Betawi adalah
sebuah suku bangsa
di Indonesia yang penduduknya umumnya bertempat tinggal di Jakarta.
Secara
biologis, mereka yang mengaku sebagai orang Betawi adalah keturunan kaum
berdarah campuran aneka suku dan bangsa yang didatangkan oleh Belanda ke
Batavia. Apa yang disebut dengan orang atau suku Betawi sebenarnya terhitung
pendatang baru di Jakarta. Kelompok etnis ini lahir dari perpaduan berbagai
kelompok etnis lain yang sudah lebih dulu hidup di Jakarta,
seperti orang Sunda, Melayu, Jawa, Arab, Bali, Bugis, Makassar, Ambon, dan Tionghoa.
Kelompok etnis ini lahir dari perpaduan
berbagai kelompok etnis lain yang sudah lebih dulu hidup di Jakarta,
seperti orang Sunda, Melayu, Jawa, Arab, Bali, Bugis, Makassar, Ambon ,
serta suku-suku pendatang, seperti Arab, India, Tionghoa dan Eropa.
Pada
penelitiannya Lance Castles menitik beratkan pada empat sketsa sejarah yaitu:
1.
Daghregister,
yaitu catatan harian tahun 1673 yang dibuat Belanda yang berdiam di dalam kota
benteng Batavia.
2.
Catatan Thomas
Stanford Raffles dalam History of Java pada tahun 1815.
3.
Catatan penduduk
pada Encyclopaedia van Nederlandsch Indie tahun 1893
4.
Sensus penduduk
yang dibuat pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1930.
Di
mana semua sketsa sejarahanya dimulai pada tahun 1673 (Pada Akhir Abad ke 17),
sketsa inilah yang oleh sebagian ahli lainnya dirasakan kurang lengkap untuk
menjelaskan asal mula Suku Betawi dikarenakan dalam Babad Tanah Jawa yang ada
pada abad ke 15 (tahun 1400-an Masehi) sudah ditemukan kata "Negeri
Betawi". Suku Betawi secara geografis terletak di pulau Jawa, namun secara
sosiokultural lebih dekat pada budaya Melayu Islam
Bahasa
Sifat campur-aduk dalam bahasa Betawi atau
Melayu Dialek Jakarta atau Melayu Batavia adalah cerminan dari kebudayaan
Betawi secara umum, yang merupakan hasil dari asimilasi kebudayaan, baik yang
berasal dari daerah-daerah lain di Nusantara maupun kebudayaan asing.
Karena perbedaan bahasa yang digunakan antara
suku Betawi dengan suku Sunda diwilayah lainnya tersebut maka pada awal abad ke-20,
Belanda menganggap orang yang tinggal di sekitar Batavia sebagai etnis yang
berbeda dengan etnis Sunda dan menyebutnya sebagai etnis Betawi.
Walau demikian, masih banyak nama daerah dan nama sungai yang masih tetap
dipertahankan dalam bahasa Sunda seperti kata Ancol, Pancoran,
Cilandak, Ciliwung, Cideng (yang berasal dari Cihideung dan kemudian berubah
menjadi Cideung dan tearkhir menjadi Cideng), dan lain-lain.
Meskipun
bahasa formal yang digunakan di Jakarta adalah Bahasa
Indonesia, bahasa informal atau bahasa percakapan sehari-hari adalah
Bahasa Indonesia dialek Betawi. Dialek Betawi sendiri terbagi atas dua jenis, yaitu
dialek Betawi tengah dan dialek Betawi pinggir.
Kepercayaan
Sebagian besar Orang Betawi menganut agama Islam, tetapi yang
menganut agama Kristen; Protestan dan Katolik juga
ada namun hanya sedikit sekali. Di antara suku Betawi yang beragama Kristen,
ada yang menyatakan bahwa mereka adalah keturunan campuran antara penduduk
lokal dengan bangsa Portugis. Hal ini wajar karena pada awal abad ke-16,
Surawisesa, raja Pajajaran mengadakan perjanjian dengan Portugis yang
membolehkan Portugis membangun benteng dan gudang di pelabuhan Sunda Kalapa sehingga
terbentuk komunitas Portugis di Sunda Kalapa. Komunitas Portugis ini sekarang
masih ada dan menetap di daerah Kampung Tugu, Jakarta Utara.
Profesi
Di Jakarta,
orang Betawi sekarang sebagai hasil asimilasi antar suku bangsa, sebelum era
pembangunan orde baru, terbagi atas beberapa profesi menurut lingkup wilayah (kampung)
mereka masing-masing. Semisal di kampung Kemanggisan dan sekitaran Rawabelong
banyak dijumpai para petani kembang (anggrek, kemboja jepang, dan lain-lain).
Dan secara umum banyak menjadi guru, pengajar, dan pendidik semisal K.H.
Djunaedi, K.H. Suit, dll. Profesi pedagang, pembatik juga banyak dilakoni oleh
kaum betawi. Petani dan pekebun juga umum dilakoni oleh warga Kemanggisan.
Kampung yang sekarang lebih dikenal dengan
Kuningan adalah tempat para peternak sapi perah. Kampung Kemandoran di mana
tanah tidak sesubur Kemanggisan. Mandor, bek, jagoan silat banyak di jumpai
disana semisal Ji'ih teman seperjuangan Pitung dari Rawabelong. Di kampung
Paseban banyak warga adalah kaum pekerja kantoran sejak zaman Belanda dulu,
meski kemampuan pencak silat mereka juga tidak diragukan. Guru, pengajar,
ustadz, dan profesi pedagang eceran juga kerap dilakoni.
Warga Tebet aslinya adalah orang-orang Betawi
gusuran Senayan, karena saat itu program Ganefo yang dicetuskan oleh Bung Karno
menyebabkan warga Betawi eksodus ke Tebet dan sekitarnya untuk
"terpaksa" memuluskan pembuatan kompleks olahraga Gelora Bung Karno
yang kita kenal sekarang ini. Karena salah satu asal-muasal berkembangnya suku
Betawi adalah dari asimilasi (orang Nusantara, Tionghoa, India, Arab, Belanda,
Portugis, dan lain-lain), profesi masing-masing kaum disesuaikan pada cara
pandang etnis dan bauran etnis dasar masing-masing.
Perilaku dan Sifat
Asumsi kebanyakan orang tentang masyarakat
Betawi ini jarang yang berhasil, baik dalam segi ekonomi, pendidikan, dan
teknologi. Padahal tidak sedikit orang Betawi yang berhasil.
Ada beberapa hal yang positif dari Betawi
antara lain jiwa sosial mereka sangat tinggi, walaupun kadang-kadang dalam
beberapa hal terlalu berlebih dan cenderung tendensius. Orang Betawi juga
sangat menjaga nilai-nilai agama yang tercermin dari ajaran orangtua kepada
anak-anaknya. Masyarakat Betawi sangat menghargai pluralisme. Hal ini terlihat
dengan hubungan yang baik antara masyarakat Betawi dan pendatang dari luar
Jakarta.
Orang Betawi sangat menghormati budaya yang
mereka warisi. Terbukti dari perilaku kebanyakan warga yang mesih memainkan
lakon atau kebudayaan yang diwariskan dari masa ke masa seperti lenong,
ondel-ondel, gambang kromong, dan lain-lain.
Memang tidak bisa dimungkiri bahwa keberadaan
sebagian besar masyarakat Betawi masa kini agak terpinggirkan oleh modernisasi
di lahan lahirnya sendiri (baca: Jakarta). Namun tetap ada optimisme dari
masyarakat Betawi generasi mendatang yang justru akan menopang modernisasi
tersebut.
Sumber :
https://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Betawi